photo berita hoax_zpsfjqxqhwz.jpg


DEMOKRASI UTOPIS


Kongres ke-2 Keluarga Mahasiswa Universitas Peradaban yang kemudian disingkat “Kongres II KEMA-UP” yang dilaksanakan tanggal 26 sampai 28 Januari 2017, menuai kesepakatan-kesepakatan perbaikan AD/ART, GBHO, ADVOKASI, RKOMENDASI, AMNISTRASI mulai dari segi tekstual dan segi kontekstual.

Dengan waktu selama kurang lebih tiga hari tersebut, banyak ditemukan diskusi yang cukup alot dan panas antar peserta kongres mahasiswa ke-dua, sehingga tak jarang peserta kongres meninggalkan arena kongres dengan alasan stamina yang minim serta fisik yang kurang sehat.

Tiga hari tersebut menurut hemat penulis menjadi pembelajran dan sebagai tempat proses penempan pribadi mahasiswa, karena dalam setiap sesi sidang banyak ditemui perdebatan yang sifatnya akademis, serta dapat menunjang proses pertukaran informasi dan pendapat logis yang dapat dipertanggungjawabkan oleh peserta kongres.

Namun, disayangkan ketika banyak ditemui pendapat yang notabene berlandaskan pada logika sesat pikir “Fallacy”, bahkan dari peserta dengan tegasnya menyatakan dan menawarkan untuk memakai demokrasi sesungguhnya, karena demokrasi dalam kampus perlu diganti dengan adanya sistem yang menunjukan sentralistik, dengan pernyataan yang menyudutkan terkait demokrasi ini yang melatar belakangi penulis untuk membenahi tentang pernyataan yang dapat membuat kita kehilangan kepercayaan pada sistem demokrasi. Maka dipandang perlu opini yang penulis buat guna untuk meredam perdebatan dengan tidak menggunkan penalaran logika sesat sebagai acuan dalam berargumen.

Fallacy berasal dari bahasa Yunani dan Latin yang berarti sesat pikir, Fallacy didefinisikan secara akademis sebagai kerancuan pikir yang diakibatkan oleh ketidakdisiplinan pelaku nalar dalam menyusun data dan konsep, secara sengaja maupun tidak sengaja ini juga bisa diterjemahkan dalam bahasa sederhana dengan berpikir ngawur, Fallacy sangat efektif dan manjur untuk melakukan sejumlah aksi tak bermoral, seperti mengubah opini publik, memutar balik fakta, pembodohan publik, provokasi sektarian, pembunuhan karakter, memecah belah, menghindari jerat hukum, dan meraih kekuasaan dengan janji palsu.

Pelaku fallacy yang terkenal dalam sejarah filsafat, yaitu mereka yang menganut Sofisme dan Paralogisme. Mereka melakukan sesat pikir dengan cara sengaja menyesatkan orang lain, padahal si-pengemuka pendapat yang diserang tidak sesat pikir. Disebut demikian karena yang pertama-tama mempraktekkannya adalah kaum sofis, nama suatu kelompok cendekiawan yang mahir berpidato pada zaman Yunani kuno. Mereka selalu berusaha memengaruhi khalayak ramai dengan argumentasi-argumentasi yang menyesatkan yang disampaikan melalui pidato-pidato mereka agar terkesan kehebatan mereka sebagai orator-orator ulung.

Umumnya yang sengaja ber-fallacy adalah orang menyimpan tendensi pribadi dan lainnya. Sedangkan yang berpikir ngawur tanpa menyadarinya adalah orang yang tidak menyadari kekurangan dirinya atau kurang bertanggungjawab terhadap setiap pendapat yang dikemukakannya atau biasa disebut dengan istilah paralogisme.

Setelah kita mengetahui apa itu logika sesat diharap mahasiswa yang mempunyai status intelektual muda dapat lebih bijaksana dalam merumuskan/mengamandemn AD/ART Keluarga Mahasiswa Universitas Peradaban (KEMA-UP) yang nantinya dijadikan landasan gerak-langkah organisasi mahasiswa intra-kampus.

Maka dari itu perlu diadakannya kongres yang berintegritas dan berkualitas sehingga mampu melahirkan pemimpin yang mampu membawa organisasi mahasiswa intra-kampus sesuai amanat konstitusi yang sudah disepakati, dengan adanya anggapan demokrasi-utopis menurut hemat penulis adalah argumen yang tidak berlandaskan, karena bagi penulis sistem demokrasi itu baik walaupun dalam pengaplikasiannya banyak yang diselewengakn oleh pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga menciderai sistem demokrasi tersebut. 

HIDUP MAHASISWA!
(Baqi Maulana Rizqi, Mahasiswa Prodi Managemen, FEB)

No comments

Powered by Blogger.