NASIB MAHASISWA AKIBAT PANDEMI COVID-19
Mahasiswa Farmasi Universitas Peradaban
Virus Corona atau Covid-19 mulai merambah
ke Indonesia sejak bulan Februari 2020. Hingga sampai saat ini angka positif
Corona masih saja meningkat. Menurut Achmad Yurianto selaku juru bicara
Penanganan Covid-19 dalam konferensi pers mengatakan data angka positif Corona
per tanggal 1 Juli 2020 mencapai 57.770 kasus. Angka tersebut meningkat dari
hari sebelumnya yaitu bertambah sebanyak 1.385.
Masyarakat
Indonesia semakin mengeluh akibat adanya pandemi Covid-19. Banyak sekali dampak
kerugian yang kian timbul, baik bagi negara, pemerintah, masyarakat, dan
pastinya juga para pelajar khusunya Mahasiswa. Sudah sekitar 3 bulan lebih
pemerintah menerapkan sistem belajar mengajar di rumah, kampus diliburkan dan
mahasiswa dituntut untuk mengikuti perkuliahan secara daring (dalam jaringan).
Tidak bisa
dipungkiri bahwa teknologi yang ada sekarang pastinya turut andil dalam hal
ini. Semakin canggih teknologi semakin mudah pula kita berinteraksi dengan
orang lain tanpa harus bertemu langsung. Begitu juga dengan kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen dalam pandemi saat ini. Tanpa
harus tatap muka pun kegiatan perkuliahan tetap bisa berjalan dengan bantuan
teknologi yang ada.
Kuliah online yang
sedang dijalani oleh para mahasiswa sekarang tentunya menimbulkan banyak
keuntungan dan juga kerugian. Yang menjadi keuntungan antara lain, mahasiswa
dan dosen punya banyak ruang untuk melakukan kegiatan perkuliahan, yang artinya
kegiatan perkuliahan dapat dilakukan di rumah masing-masing. Media yang dapat
digunakan tentunya banyak, baik itu melalui grup WhatsApp, Zoom, Ms Teams, dan
lain sebagainya. Hal ini memudahkan mahasiswa dan dosen untuk menggunakan media
yang ada sebagai pilihan dalam melaksanakan perkuliahan daring. Mahasiswa dan
dosen juga menjadi lebih memanfaatkan teknologi yang ada di zaman modern
seperti sekarang ini.
Selain
keuntungan diatas, tidak sedikit pula kerugian yang dialami oleh mahasiswa
selama melaksanakan perkuliahan. Diantaranya, mahasiswa mengeluhkan penggunaan
kuota yang semakin boros. Pengeluaran kuota pastinya bertambah semenjak
diberlakukan kuliah secara online. Mahasiswa dituntut agar selalu stay on
selama perkuliahan agar tidak tertinggal saat kelas berlangsung. Penggunaan
internet yang semakin sering menyebabkan mahasiswa harus mengeluarkan budget
lebih banyak untuk pembelian kuota internet demi tetap bisa mengikuti perkuliahan
daring. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mahasiswa mengeluhkan adanya
penerapan kuliah online.
Sinyal susah,
menjadi alasan mahasiswa selanjutnya. Terutama bagi mereka yang bertempat
tinggal jauh dari perkotaan. Mereka yang tinggal di daerah terpencil terpaksa
bergelut dengan sinyal yang ada di daerah tempat mereka tinggali.
Penerapan kuliah
online semakin dikeluhkan oleh mahasiswa karena berbagai kendala yang dialami.
Terlebih lagi dengan beberapa kampus yang mengharuskan mahasiswanya untuk membayar
biaya kuliah secara full, sedangkan mahasiswa tidak merasa menggunakan
fasilitas kampus yang ada karena selama pandemi mereka melaksanakan perkuliahan
yang tentunya dilakukan di rumah masing-masing. Pihak kampus yang tidak
memberikan keringanan membuat mahasiswa semakin mengeluh. Walaupun pihak kampus
juga tentunya mempunyai alasan mengapa tidak memberikan keringanan untuk
mahasiswa selama diberlakukannya kuliah online, namun tetap saja mahasiswa
tidak bisa menerima keputusan yang ada karena mereka merasa terbebani.
Selain itu,
mahasiswa juga mengeluhkan sistem pembelajaran yang kurang efektif. Perkuliahan
yang dilakukan secara virtual bagi sebagian mahasiswa dirasa kurang bisa
dipahami dengan baik. Perkuliahan yang dilakukan secara langsung atau tatap
muka dinilai lebih efektif karena bisa berinteraksi dengan dosen secara
langsung tanpa terkendala apapun seperti yang dialami pada saat perkuliahan
daring. Cara setiap dosen dalam mengajar tentunya berbeda-beda, begitupun
dengan cara mahasiswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh dosen mereka
masing-masing.
Jenuh dengan
keadaan yang terjadi sekarang pastinya semakin kita rasakan, tetapi kita juga
harus memikirkan baik dan buruknya. Nasib mahasiswa tergantung dari setiap
individu masing-masing, jika kita memikirkan hal ini selalu buruk, maka yang
akan terjadi dalam diri kita juga akan buruk seperti apa yang kita pikirkan.
Tetapi, jika kita selalu berfikir positif akan apa yang sudah kita jalani, maka
kedepannya juga akan ada nasib baik untuk kita. Tentunya tidak ada satupun dari
kita yang menginginkan pandemi ini terjadi. Apapun yang sedang kita alami
sekarang patut kita ambil hikmahnya saja. Dan teruntuk para pelajar di
Indonesia khususnya mahasiswa yang sedang merasakan dampak dari penyebaran Covid-19,
kita cukup patuhi peraturan pemerintah yang ada dan selalu mengikuti protokol
kesehatan dimanapun.
Post a Comment